Jalan-jalan ke Badui

'Neng Badui wae yo!'
Kira-kira begitu isi sms yang aku kirimkan ke Fransiska Arnoldi (M - 117 - AN) ketika saya membalas sms dia.
Perjalanan dimulai
Hari Jumat (4/12), kami menuju stasiun Bekasi dengan angkutan kota. Sampai di stasiun sekitar pukul duabelas. Tiket KRL AC ekonomi kami beli dengan harga 4.500 rupiah dengan tujuan Stasiun Kota (Jakarta). Suasana di kereta cukup nyaman. Pendingin ruangan cukup terasa dingin di cuaca kota yang panas. Penumpang tidak begitu ramai kala itu. Sayang tidak ada penjual yang boleh masuk ke dalam kereta. Dua jam kemudian kami tiba di Stasiun Kota.
Ketinggalan kereta
Sesampainya di Stasiun Kota kami langsung menuju loket karcis. Sebenarnya kami ingin melanjutkan perjalanan menuju Serang dengan menaiki kereta jurusan Merak. Ternyata kereta terakhir menuju Merak telah berangkat pukul satu. Terpaksa kami pakai rencana cadangan.
Setelah tanya kepada Moncos dan Geppy, kami memutuskan untuk naik bis pada perjalanan selanjutnya. Saya bertanya kepada petugas PKD di stasiun "Kalau mau naik bis jurusan Merak lewat mana ya pak?" Beliau menyarankan kami untuk naik angkot ke terminal Tanjung Priok. Dari depan stasiun langsung kami naik angkot jurusan Priok dengan membayar @3500. Perjalanan ke Terminal Tanjung Priok memakan waktu kurang lebih satu jam.
Dari Terminal Tanjung Priok kami langsung menaiki Bis Arimbi jurusan Merak menuju Serang. Perjalanan dengan bis ini memakan waktu kurang lebih 2,5 jam dengan tarif 17.000 rupiah per orang.
Serang
Menjelang magrib kami tiba di Terminal Bis Serang. Lalu saya menghubungi Moncos. "Jalan ke kiri, Kampus Untirta, tunggu di halte bis" Kira-kira begitu jawaban yang saya terima. Kemudian kami jalan menuju halte bis untirta. Tidak lama kemudian nongollah orang yang namanya Moncos ^^,
Kami langsung diajak makan malam di kantin samping kampus (tumben baik yah :D) Lumayanlah, buat ngisi perut. Bakso dengan ketupat rasanya jadi makanan paling enak saat itu. Pemandangan mahasiswa Untirta lumayan jadi pengobat lelah kami (terutama si Frans, ngebet!) Kami akhirnya memutuskan untuk menginap semalam di kos Moncos untuk beristirahat.
Begitu sampai di kos, Frans mengambil posisi tidur!
Pukul enam pagi kami sudah siap melanjutkan perjalanan ke Badui. Kali ini ditemani Moncos. Kereta dari Serang menuju Rangkas bitung berangkat pukul tujuh pagi. Tiket dibandrol dengan harga 4.500 rupiah. Ketika menunggu kereta datang kami bertemu dengan Mapala Universitas Untirta ( Mapalaut ). Kebetulan mereka juga akan menuju ke Badui. Ihiiiir, ada barengan juga. Cewek lagi! Setelah berkenalan sebentar akhirnya kami berangkat bersama.
Rangkas Bitung - Ciboleger
Satu jam kemudian kami sampai di Stasiun Rangkas Bitung. Dengan menaiki angkot warna biru kamu menuju curug dengan ongkos @3.000, mampir dulu ke rumah Djati Suwarsono ( M - 002 - AC ) di komplek perumahan LPMP. Senang rasanya bisa bertukar cerita dengan beliau. Kayak tamu besar saja rupanya, suguhan takberhenti mengalir (makan terus!). Kami juga sempat berfoto bersama.
Pukul duabelas kami melanjutkan perjalanan menuju terminal Aweh (e pada bebek) dengan menaiki angkot yang sama dan tarif lebih murah seribu (nawar nulu soalnya). Dari terminal ini kami naik angkutan (elf) menuju Ciboleger). Ongkos per orang 12.000 rupiah. Perjalanan kurang lebih satu jam. Sampai di Ciboleger kami kehujanan. Basah!
Ciboleger - Badui
Perjalanan dilanjutkan. Pukul empat lebih tigapuluh menit kami berangkat dengan ditemani orang Badui dalam. Jalan yang dilalui cukup licin walaupun sudah ada jalan setapak dengan susunan batu tertata apik. Kami menyeberangi beberapa sungai yang meluap karena hujan tanpa jembatan. Satu jam kemudian kami memasuki kawasan Badui Luar. Karena hari semakin gelap kami lanjutkan saja perjalanan.
Kali ini jalan sudah berupa tanah merah basah yang terasa berat dengan medan yang naik-turun. Berbukit-bukit. Sandal kami terasa tebal karena tanah yang menempel.
Pukul setengah delapan kami tiba di Badui Dalam. Suasana hening dan gelap adalah kesan pertama yang kami rasakan setibanya di sana.
Makan malam sudah disiapkan panitia kegiatan (Mapalaut) jadi kami tinggal makan. Setelah makan malam dan sedikit berbincang dan menghabiskan beberapa batang rokok akhirnya Frans berangkat tidur. Saya yang kebetulan susah tidur mengambil rokok dan ikut begadang dengan teman-teman yang lain di pondok pemuda. Kopi panas, rokok, bulan terang dan perbincangan menemani kami hingga larut. Kami berdiskusi tentang segala macam, dari pendakian hingga kebudayaan Badui dalam. Pukul dua dini hari kami beristirahat.
Keesokannya
Kami bangun cukup pagi (tidak seperti biasanya). Sebagian mandi di sungai sekitar desa sebagian lagi memasak dan sebagian lagi berbelanja oleh-oleh khas Badui dalam. Ada golok yang lumayan tajam dijual dengan harga 20-30 ribu. Ada gelang rotan dan anyaman tas.
Pukul sebelas kami pulang ke Ciboleger. Di tengah perjalanan kami ditemani hujan yang cukup deras hingga ke desa Ciboleger.
Kami berpapasan dengan gadis desa yang masih lugu dan pemalu pulang dari ladang. Mereka mengenakan baju hitam dengan topi caping di kepala mereka.
Pulang
Dari Ciboleger rombongan sudah ditunggu bis kampus Untirta. Dua jam kemudian kami sampai di kampus Untirta. Setelahnya acara bebas...
Estimasi pengeluaran
Semarang - Senen : Rp 30.000,- *Kereta ekonomi
Senen - Kota : Rp 4.500,- * KRL Jabotabek
Kota - Merak : Rp 2.000,- * Merak Express turun RangkasBitung

Rangkas - Aweh : Rp 3.000,-
Aweh - Ciboleger : Rp 12.000,-

-Sebaiknya perjalanan menuju Badui Dalam dilakukan pada pagi atau siang hari.
-Untuk makanan kita selama di Badui Dalam sebaiknya kita membawa sendiri. Ketika waktunya makan nanti perbekalan kita satu kali waktu makan kita serahkan kepada tuan rumah dan kita meminta tolong untuk dimasakkan.
-Tamu hanya boleh menginap selama satu malam saja. Jika menghendaki lebih lama maka Anda dianjurkan untuk berpindah-pindah desa. Ada kurang lebih 40 desa.
-Tuan rumah tidak pergi ke ladang selagi mereka kedatangan tamu. Mereka lebih menghormati tamu mereka ketimbang pergi berladang.
-Patuhi peraturan mereka!
-Alat elektronik, kamera dan musik tidak diperkenankan di kawasan Badui Dalam.

Comments