Ekspedisi Ciremai Anggota Muda Matrapala 2015 "Memayu Hayuning Bawono"




Gunung Ciremai atau Ceremai adalah salah satu gunung yang memiliki ketinggian di atas 3000 mdpl (meter di atas permukaan laut) yang terletak di 3 kabupaten yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Gunung api ini memiliki ketinggian 3.078 mdpl. (Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.)

Ekspedisi ke Gunung Ciremai ini merupakan tahapan akhir kami sebagai Anggota Muda Matrapala sebelum dilantik menjadi Anggota Penuh Matrapala. Pemilihan lokasi ke Gunung Ciremai ini didasarkan penugasan yang diberikan yaitu lintas jalur via Apuy dan turun via Palutungan. Kami selaku mahasiswa memiliki keinginan untuk mengeksplorasi jalur tersebut serta mengetahui kondisi gunung Ciremai. Kami pun memiliki keingintahuan untuk melakukan sesuatu yang bisa berguna untuk kelestarian Gunung Ciremai.

Perjalanan kami mulai dengan upacara pelepasan di Fakultas Ilmu Budaya. Setelah itu kami menaiki angkot ke stasiun tawang, diiringi dengan hujan deras di perjalanan kami. Pukul 01.45 kami menaiki kereta menuju stasiun prujakan dan sampai di stasiun pada pukul 05.10. Sesampainya di Cirebon kami yang sebelumnya sudah menghubungi pihak basecamp palutungan, meminta bantuan alat transportasi menuju basecamp apuy. Sebelumnya memang pihak basecamp sudah menyediakan angkot yang biasanya digunakan para pendaki yang ingin menuju basecamp dari stasiun. Sekitar 4 jam lebih 30 menit kami menempuh perjalanan menuju basecamp apuy.

Sebelum perjalanan ke stasiun Cirebon Prujakan
Sampai di stasiun Cirebon Prujakan
Jum’at, 16 September 2016 sampai di Desa Argamukti, Majalengka tepatnya di rumah Kepala Dusun, kami beristirahat dan berbaur dengan warga sekitar. Kami mengunjungi rumah Mbok Iroh yang berada tepat didepan rumah Kepala Dusun, membeli jajanannya dan mengobrol dengan beliau. Kebetulan saat itu beliau sedang membungkus makanan untuk dijual keliling, beliau terlihat senang ketika kami mau membantu ikut berjualan keliling, dengan membawa barang yang bisa dibilang banyak, ada lauk paku, sayuran, buah-buahan, jajanan kecil, krupuk, dll, diusianya yang sudah tak muda lagi tiap harinya beliau berjualan keliling sendiri karena memang Mbok Iroh ini tinggal sendirian, suaminya baru saja meninggal tiga bulan yang lalu. Kami senang berada di desa ini, berkeliling Desa Argamukti membantu Mbok Iroh dan bertemu dengan warga-warganya yang begitu ramah. Ketika pulang dan sampai dirumah Mbok Iroh kami disuguhkan teh hangat dan jajanan sebagai ucapan terimakasih katanya. Sembari mencicipi suguhan, beliau bercerita tentang keluarganya dan kami bisa merasakan bagaimana kesepiannya Mbok Iroh tinggal sendiri di rumah.

Selain melakukan kegiatan dengan warga, beberapa dari kami melakukan wawancara kebudayaan. Desa Apuy yang terletak di Kabupaten Majalengka ini mempunyai kebudayaan yang sering diadakan setiap setahun sekali yang lebih tepatnya diadakan pada bulan September. Acara ini diadakan sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan Penguasa Alam. Disamping itu, acara ini juga bertujuan untuk memeriahkan rakyat dan melestarikan budaya setempat. Acara Bulan Raya Agung ini mempunyai serangkaian acara selama 4 hari berturut-turut yaitu pada hari Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu. Pada hari Jumat diadakan pengajian  yang pembicaranya diundang dari Bandung. Selain itu juga diadakan lomba bola volly yang pemainnya mewakili setiap blok yang ada di desa itu, biasanya mengundang satu tim. Pada hari Sabtu juga terdapat penampilan Tari Jaipong yang para pemainnya juga diundang dari Bandung dan juga menampilkan organ. Dalam biaya untuk menampilkan Tari Jaipong diambil dari iuran masyarakat desa itu sendiri. Pada Malam Minggu inilah puncak acara yaitu pementasan wayang. Nah, selain acara hiburan tersebut atau yang lebih tepatnya pada Hari Kamis diadakan pemotongan kambing hitam yang jenisnya kambing Austria yang dilakukan di makam. Mengapa di makam? Karena merupakan sudah menjadi syarat.

Saat melakukan wawancara dengan salah satu warga Desa Apuy, Majalengka

Selain kebudayaan tersebut, asal-usul nama desa Apuy juga tidak kalah menarik. Nama Apuy itu sendiri diambil dari nama anak Mbah Buyut Isyah yang merupakan salah satu tetua. Di desa Apuy ini terdapat lima blok yang semuanya bersatu tidak ada perpecahan. Di Desa Apuy ini mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani sayur karena padi tidak dapat tumbuh di Desa Apuy. Masyarakat di Desa Apuy ini mayoritas warganya beragama Islam.

Kemudian terdapat mitos-mitos yang menyangkut dengan Gunung Ciremai, misalnya tidak boleh mengatakan kata gelas dan harus menggantinya dengan kata wewadahan, tidak boleh mengatakan kata asin karena dapat menimbulkan turunnya hujan dan membuat orang linglung tidak menemukan jalan. Ketika kita mendaki Gunung Ciremai tidak boleh sombong dan harus menjaga sikap.


SD Negeri Argamukti

            Pada sabtu, 19 September 2016  kami melakukan sosialisasi ke SDN Argamukti. Pukul 05.00 kami bangun lalu mempersiapkan diri masing-masing selagi konsumsi mempersiapkan sarapan pagi untuk kami semua, Jam 06.15 makanan telah siap lalu kami makan bersama, setelah makan kita merapikan tempat tidur dan beberapa mempersiapkan bahan-bahan untuk sosialisasi. Sekitar pukul 07.00 Puti, Ida, Eka pergi ke SD lebih awal untuk mengurus perizinan. Dari hasil meminta izin, kita diberi kesempatan masuk pukul 09.00 di kelas 5. Puti, Ida, Eka kembali ke rumah pak Kadus untuk memberitahu yang lainnya. Kami langsung mempersiapkan barang bawaan untuk sosialisasi. Pukul 09.00 kita mulai masuk kelas, kami memperkenalkan diri masing-masing lalu mulai masuk ke materi. Materi yang kami sampaikan adalah tentang “Pemanfaatan Sampah ” dan “Manfaat Pohon Bagi Kehidupan” .

Sarapan bersama sebelum memulai aktivitas

Suasana kelas saat akan memulai sosialisasi
Anak-anak kelas 5 itu cukup tertarik dengan materi yang kita sampaikan, ditambah lagi setelah materi mereka juga langsung praktek untuk membuat tempat pensil dari botol bekas yang sudah kita persiapkan lalu mereka menghiasnya supaya terlihat cantik. Setelah praktek tentang pemanfaatan sampah kita juga praktek menanam pohon, meskipun media yang digunakan hanyalah pohon toge yang hanya menggunakan media air dan kapas saja.

Saat praktek membuat tempat pensil dari botol bekas

Setelah penyampaian materi dan praktek kita menutupnya dengan tebak-tebakan kuis, pertanyaannya seputar materi yang kita sampaikan. Kebanyakan dari mereka berebutan untuk menjawab, yang berarti mereka menangkap materi yang kita sampaikan. Meskipun begitu, semua anak pada akhirnya mendapat jajanan satu-satu sebagai ucapan terimakasih dari kami. Sebelum meninggalkan SD itu tidak lupa kami berfoto dengan murid-murid dan juga guru-guru SDN Argamukti.


Keceriaan murid SD Negeri Argamukti

Berfoto bersama murid-murid SD Negeri Argamukti

Pukul 11.00 kita kembali ke rumah pak Kadus dan diajak ke ladang. Di Desa Argamukti ini warganya dominan menanam sayuran labu siyem. Dengan berjalan sekitar 15 menit dari rumah Kepala Dusun, kami sudah sampai di ladang dan membantu mengambil sayuran kubis, kacang merah erbis, dan cabe merah. Tanah disini bisa dibilang subur, jarang sekali petani disini gagal panen. Sayur-sayuran tumbuh dengan baik. Terlihat juga beberapa petani sedang memanen hasil ladangnya untuk dijual. Ketika dua kantong kresek dan satu ember sudah penuh dengan sayuran, kami memutuskan untuk pulang. Sampai dirumah Kepala Dusun ternyata kami diberi beberapa sayuran hasil tadi untuk dijadikan lotek. Bersama istri Kepala Dusun kamipun memasaknya dan makan bersama-sama.

Membantu salah satu warga untuk memanen hasil kebunnya

Hasil panen sayuran, kubis

Kacang merah erbis
Siang harinya kami melakukan persiapan untuk menuju pos berod. Sebelum kami melakukan perjalanan ke pos berod, kami memberi kenang-kenangan kepada Pak Kadus sebagai ucapan terimakasih karena sudah banyak membantu kami dalam kegiatan ekspedisi ini. Kami pun menuju pos berod dengan menggunakan pick up yang biasa disewakan untuk para pendaki yang ingin melalui jalur apuy. Biasanya pick up ini harga sewanya mencapai  Rp.150.000 namun dikarnakan pick up yang kami gunakan masih punya Pak Kadus maka kami dikenakan biaya per kepala Rp. 10.000. Perjalanan menuju pos berod ditempuh dengan jalan setapak yang mendaki dan terjal. Perjalanan kami tempuh sekitar 30 menit dengan disuguhi pemandangan yang sangat indah. Sesampainya di pos berod kami pun berpamitan dengan Pak Kadus, lalu beristirahat shalat sebentar.


Pemberian kenang-kenangan untuk Pak Kadus

Ketika sampai di Pos Berod dan berpamitan dengan Pak Kadus

Setelah itu kami pun membagi tugas, pekik membuat sarana vandalisme sedangkan Eka, Ida, Roro dan Nafis memasang himbauan tentang penjagaan lingkungan gunung sedangkan Puti dan Ikas melakukan pendaftaran di bagian registrasi. Awalnya kami terkendala di bagian registrasi ini, dikarnakan abah yang merupakan penjaga basecamp ini tidak mengizinkan kami untuk lintas jalur dikarnakan kondisi cuaca dan hal lainnya. Namun setelah melalu proses lobi yang panjang akhirnya kami diperbolehkan untuk lintas jalur. Setelah selesai melakukan registrasi kamipun kembali ke tempat istirahat, berbincang sejenak dengan salah satu ranger Gunung Ciremai yang menceritakan sedikit tentang Gunung Ciremai dan mulai memasak untuk makan malam. Saat makan malam pun tiba, kami makan bersama namun salah seorang dari teman kami tidak enak badan, suhu tubuhnya tiba-tiba naik dan semakin malam semakin tinggi. Akhirnya pada saat evaluasi dan briefing, Ikas sebagai ketua mengambil keputusan bahwa Puti tidak ikut naik dan Eka menemani Puti selama dibawah. Keputusan ini kami ambil setelah melalui banyak pertimbangan bersama.

Saat registrasi untuk pendakian Gunung Ciremai

Berbincang sejenak dengan salah satu ranger Gunung Ciremai

Minggu 18 September tim puncak memulai perjalanan pendakian dimulai dari basecamp Apuy dengan ketinggian 1.400 mdpl, disini basecamp terpisah dengan pemukiman warga, perjalanan pendakian dimulai pukul 07.15 WIB sudah keluar dari Pos Pemeriksaan Barang Bawaan. Pertama kita melakukan doa supaya perjalanan kita diberi kelancaran. Perjalanan kira kira ditempuh selama 1 jam sampai di pos 2 “Arban”. Sampai disini kita melakukan Jobdesk yaitu pemataan jalur secara manual dan digita lserta pendataan flora. Di ketinggian 1600 mdpl dengan kondisi alam berupa tumbuhan paku serta ilalang-ilalalang. Kita istirahat kurang lebih selama 25 menit. Setelah jobdesk terlaksanakan kita langsung melanjutkan perjalanan kembali menuju Pos 2 “Tegal Pasang” dengan ketinggian 1924 mdpl, dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam, sampai disana pukul 08.47 WIB, medan yang dilalui mulai menanjak dengan kontur tanah yang bertangga-tangga, terbentuk dari akar-akar pohon. Disini kita mengalami kesulitan untuk melakukan penentuan titik kordinat karena kondisi hutan yang lebat. Kemudian kita menentukan titik kordinat dengan mengacu pada melihat kondisi kontur tanah sekitar Pos 2 dan membandingkan dengan Aplikasi ViewRanger dan Peta kontur yang kita bawa.

Saat melakukan penentuan titik kordinat pada peta

Jam 10.00 WIB kita sampai di Pos 3 “Tegal Masawa” dengan ketinggian 2083 mdpl. Kondisi geografis didominasi dengan hutan hujan tropis, dengan skala pohon yang besar-besar dan berlumut. Di pos 3 ini tidak disarankan untuk mendirikan Camp. Karena disini kondisi tanah yang tidak rata, serta banyak akar dari pohon besar yang berlalu lalang. Sepanjang jalur pendakian di dominasi dengan kondisi jalur yang menanjak terus, dan tangga-tangga hutan secara almi. Disini kita mengerjakan jobdesk lagi, yaitu menentukan titik kordinat tiap pos, pemetaan jalur serta pendataan flora sepanjang jalur pendakian.

Salah satu flora yang ada di jalur Gunung Ciremai via Apuy

Perjalan dari Pos 3 menuju ke Pos 4 “Tegal Jamuju” kita diiringi hujan rintik-rintik serta kabut yang mulai turun sampai di pos 4 kira-kira pukul 11.25 WIB Dengan ketinggian 2294 mdpl kondisi udara mulai berbeda, kita mulai menyesuaikan dengan suhu sekitar. Kadang-kadang kabut, tidak selang lama kadang-kadang cerah. Sampai di pos 4 ini kondisi kita mulai terkuras, kita memutuskan untuk mengisi tenaga kembali dengan memakan roti tawar dan susu coklat. Sembari mengisi tenaga kita bergantian untuk menyelesaikan jobdesk masing-masing.

Pos IV - Tegal Jamuju
Setelah selesai packing, kita melanjutkan pendakian kembali menuju Pos 5 “Samyang Rangkah” di ketinggian 2549 mdpl. Kita sampai disini pukul 13.28 WIB. Disini merupakan batas terakhir untuk mendirikan camp,tetapi kita tidak ngecamp disini,disini merupakan tempat yang ideal untuk mendirikan camp karena tempatnya yang luas serta datar. Serta disini jika beruntung ada mata air yang mengalir dari celah-celah tanah disamping camp tersebut kira-kira berjarak 100 m. Sesampainya disini kita istirahat dan makan. Karena kondisi tubuh yang mulai kelelahan. Karena jalur sebelum sampai ke pos 5 ini bisa dikatakan sangat menanjak.


Sampai di Pos V Samyang Rangkah
Setelah mengisi tenaga berupa nasi, telur yang di campur sosis dan mie sudah cukup untuk mengembalikan tenaga kembali menuju Pos 6 “Goa Walet”. Medan yang dilewati berbeda dengan medan sebelumnya, karena medan yang sekarang sudah mulai bercampur antara tanah dan batu-batu. Vegetasi nya didominasi  oleh ilalang, hutan heterogen, dan bunga edelweis. Bisa dikatakan antara pos 5 sampai pos 6 tidak ada bonus atau menanjak terus. Jam 16.49 WIB kita istirahat sebentar di persimpangan Jalur Apuy dan Palutungan. Kemudian kita melanjutkan pendakian kembali menuju Pos 6. Kondisi medan dari persimpangan sampai Pos 6 didominasi oleh batu-batu besar. Dengan vegetasi ilalang dan Edelweis.

Istirahat di persimpangan Apuy dan Palutungan
Edelweiss di sekitar Goa Walet
Jam 17.44 WIB kita baru sampai di Pos 6 “Goa Walet” dengan ketinggian 2948 mdpl. Sebenarnya pendaki tidak dibolehkan mendirikan Camp di Goa Walet ini, karena kita akan melakukan lintas, jadi kita mendapat izin dari Ranger yang ada di Basecamp Apuy. Setelah sampai kita langsung mendirikan camp dan masak untuk makan malam. Setelah selesai semua kita brefing dan evaluasi kegiatan kita sehari dan besok. Pukul 22.00 WIB kita istirahat.

Pukul 04.30 WIB Kita sudah mulai aktifitas kembali, kita membagi tugas ada yang packing untuk peralatan yang di bawa muncak dan ada yang membuat sarapan. Setelah selesai sarapan, kita langsung melakukan pemanasan dulu sebelum melakukan pendakian menuju puncak. Jarak tempuh Pos 6 sampai puncak kira-kira hanya membutuhkan 20 menitan.

Pukul 05.15 WIB kita mulai pendakian menuju puncak, vegetasi nya tidak jauh berbeda masih didominasi Edelweis dan tumbuhan Puspa. Namun medannya semakin curam dan berbatu dan menanjak hingga 90 derajat, dan dikiri kanan jalur sudah mulai jurang yang dalam. Pukul 05.50 WIB kita sudah sampai di Puncak Ciremai dengan ketinggian 3078 mdpl. Selanjutnya kita mengibarkan bendera Matrapala dan Indonesia di Puncak gunung Ciremai dan dokumentasi serta pemetaan jalur secara digital.

Beberapa dokumentasi selama di puncak Gunung Ciremai 3078mdpl;


Pukul 08.15 WIB kita turun dari Puncak Ciremai. Saat turun dari puncak di butuhkan konsentrasi yang cukup tinggi  kerena turunan yang sangat curam dan medan batu yang licin. Kira-kira sekitar 30 menit kita sudah sampai di camp kembali. Kemudian kita bagi tugas ada yang packing ada yang masak untuk makan siang di jalan. Setelah selesai semuanya kemudian kita berdoa supaya di beri kelancaran saat perjalanan turun.

Pukul 10.10 WIB  kita mulai perjalanan turun dari Pos 6 menuju persimapangan Jalur Apuy dan Palutungan. Pukul 10.34 WIB kita sudah sampai di persimpangan tersebut kemudian melanjutkan perjalanan menuju Pos Sanghiyang Ropoh di jalur Palutungan dengan ketinggian 2589 mdpl. Sampai di Pos Sanghiyang Ropoh kira-kira pukul 11.15 WIB, lalu kita melakukan jobdesk kita masing-masing. Vegetasinya masih didomonasi dengan pohon puspa dan pohon yang berbatang besar.

Istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan
Pukul 11.43 WIB kita sudah sampai di Pos Pasanggrahan 1, dengan vegetasi yang masih rapat. Pukul 15.19 kita sudah sampai di Pos Cigowong, Sebelum sampai di pos cigowong kita melewati pos pasanggarahan 1  dengan ketinggian 2442 mdpl, Kemudian kita melewati pos pasanggarahan dengan ketinggian 2342 mdpl. Selama jalur pendakian itu vegetasinya masi didominasi pohon pinus dan pohon-pohon berbatang besar. Selanjutnya kita melewati pos ke tanjakan asoy dinamakan tanjakan asoy dikarenakan ada tanjakan yang kemiringannya mencapai 80 derajat dan tidak ada bonusnya. Tanjakan asoy memiliki ketinggian mencapai 2169 mdpl. Kemudian kita melewati pos arban dengan ketinggian 2055 mdpl. Di pos arban vegetasinya masih didominasi pohon paku-pakuan dan pinus. Kemudian kita melewati  pos Pangguyangan Badak dengan ketinggian 1858 mdpl. Setelah melewati pos pangguyangan badak kita melewati pos Kuta dengan ketinggian 1693 mdpl. Barulah kita sampai di pos Cigowong dan di pos ini kita menemukan mata air berupa sungai. Pukul 17.46 kita sudah sampai Resort Cigugur. Sepanjang jalur dari Cigowong sampai resort terdapat 10 zona rehat.
Sampai di pos Arban

Sampai di pos Cigowong
17.30 tim puncak sampai di basecamp Palutungan, kemudian melakukan bersih diri dan kami semua (termasuk Puti dan Eka yang tidak ikut ke puncak) berkumpul pukul 20.00 untuk makan, evaluasi, dan briefing. Lalu sekitar pukul 21.00 kita akhirnya istirahat panjang.
Sampai di Basecamp Palutungan
 Palutungan merupakan salah satu desa yang berada di kaki Gunung Ceremai, tepatnya berada pada ketinggian 1.100 mdpl, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Di kawasan ini selain mempunyai banyak tempat wisata, juga menjadi titik awal para pendaki yang ingin melakukan pendakian menuju puncak Ciremai.

Di Palutungan sendiri terdapat beberapa mitos serta kebudayaan setempat, meskipun dari hasil wawancara yang dilakukan para narasumber kami tidak bisa menjelaskan terlalu banyak karena dari penjelasannya bahwa di desa Palutungan memang hanya mempunyai sedikit budaya yang masih berjalan, serta masyarakat Palutungan sendiri hanya sedikit yang masih percaya dengan mitos.Namun, ada beberapa kebudayaan dan mitos yang masih beredar, untuk kebudayaan contohnya “Seren Taun”.
Ketika melakukan wawancara dengan salah satu warga Palutungan
Seren Taun merupakan acara yang diadakan sekitar bulan Januari atau Februari pada tanggal 1 Sura. Dalam acara Seren Taun ini terdapat acara “Ngutu Gede” (menumbuk). Acara ini bertujuan untuk menyatukan masyarakat karena di Desa Palutungan terdapat beberapa agama yaitu Islam, kepercayaan, katolik, dan protestan. Dalam acara ini terdapat berbagai macam tradisi-tradisi. Acara ini juga menggunakan nasi tumpeng yang diperebutkan oleh masyarakat itu sendiri. Dalam hal biaya untuk mengadakan acara ini diambil dari iuran tiap organisasi dan biasanya berupa makanan. Ada pula kesenian Tari Buyung yang juga diadakan di Desa Cigugur. Tari Buyung ini dimainkan oleh penari asli dari kecamatan Cigugur dengan semua kalangan usia berjumlah 12 orang.

Di sisi lain, desa Palutungan juga mempunyai beberapa mitos yang masih berkembang, misalnya ada cerita mengenai sebuah kolam yang terdapat di tiga tempat, yaitu Cibulan di Manis, Balong Dalam di Jalaksana, Cigugur dan Bakom Darma. Kolam tersebut jika dilihat tidak tampak berbeda dengan kolam yang lainnya, namun kolam tersebut mempunyai cerita tersendiri, dimana kolam tersebut dikuras secara berkala dan yang anehnya, ketika kolam tersebut dikuras ikan yang biasanya ada disitu di luar logika menghilang. Dari cerita yang beredar, ketika kolam tersebut dikuras mereka berpindah tempat ke  kolam lainnya yang berada di tiga tempat yang disebutkan tadi.  Konon katanya itu merupakan punggawa yang dikutuk oleh Kanjeng Prabu Siliwangi.

Di desa ini kami juga berbaur dengan masyarakat dan membantu mereka diladang. Sekitar jam 7 pagi kami pergi keladang yang rata-rata ditumbuhi sayuran daun bawang. Sudah banyak petani yang berada disana. Kebetulan sayur-sayuran masih belum siap panen. Jadi kami membantu mereka membersihkan rumput-rumput yang memperhambat tumbuhnya sayuran. Rumput-rumput ini dibersihkan tiap seminggu sekali karna memang pertumbuhannya sangat cepat. Sembari membersihkan rumput kami mengobrol santai dan bersenda gurau dengan mereka. Ternyata banyak petani disini adalah petani buruh yang artinya tidak memiliki lahan sendiri.
Membantu ibu-ibu berladang
            Sekitar daerah basecamp palutungan memiliki banyak potensi wisata yang dapat digali, dan yang telah berkembang dan resmi menjadi tempat wisata adalah curug putri, curug landing, dan bumi perkemahan . Potensi wisata yang umumnya dikelola oleh masyarakat sekitar palutungan ini menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat sekitar selain berkebun. 

Curug Putri
Nama Curug Putri sendiri berasal dari legenda tempat tersebut sebagai tempat pemandian para putri dari Kahyangan, tempat para bidadari turun ke Bumi. Apabila ada hujan gerimis dan matahari bersinar maka dari Curug Putri ini dapat melihat Pelangi/ Katumbiri dan masyarakat meyakini bahwa ketika pelangi muncul artinya para dewi yang cantik jelita dari kahyangan sedang turun ke bumi. Curug ini sering dikunjungi oleh para pengunjung yang menganggap tempat itu perlu didatangi, khususnya bagi mereka yang ingin meminta berkah.

Selain area camping ground dan outbond di bumi perkemahan, fasilitas lain yang tersedia adalah tempat parkir, toilet umum, sarana ibadah, warung jajanan, pusat informasi, dan sarana olahraga.  Tiket masuk adalah Rp 12500.  Biaya parkir adalah Rp 5000 untuk kendaraan roda empat dan Rp 3000 untuk kendaraan roda dua.

Curug Landung
Curug Landung merupakan salah satun objek wisata di desa Cisanta, Kecamtan Cigugur. Curug ini terbentuk dari aliran sungai curug putrid yang berada dikawasan objek wisata palutungan. Keberadaan curug ini pun persis bersebelahan dengan pintu gerbang objek wisata Palutungan sebelah kiri.

            Untuk masuk objek wisata ini dikenakan biaya tiket Rp. 5000 per orang. Dari pintu loket menuju titik air terjun, kita harus menuruni jalan setapak dan anak tangga. Sesuai dengan namanya “Landung” yang berarti panjang. Curug landung memiliki ketinggian 30 meter. Objek wisata ini baru dibuka untuk umum pada awal tahun 2016. Curug ini sebelumnya dibuka dan dikelola oleh masyarakat setempat, karna kemampuan masyarakat setempat yang terbatas dalam pengelolaan potensi wisata maka masi banyak diperlukan pembaruan.

Bumi Perkemahan Ipukan
Merupakan salah satu bumi perkemahan dikawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dengan luas sekitar 2 Ha. Buper ipukan merupakan tempat wisata sekaligus beraktivitas alam seperti berkemah atau hanya sekedar untuk menghirup udara segar. Sama halnya dengan curug landing, buper ipukan ini  juga merupakan salah satu potensi wisata yang dikelola oleh masyarakat sekitar. Awalnya kawasan ini merupakan kawasan hutan biasa di daerah kaki gunung ciremai, lalu warga sekitar bergotong-royong membuka jalur dan sama-sama mengelola menjadi bume perkemahan dan tempat wisata. Biaya masuk kawasan ini adalah Rp. 3500 dan jika ingin berkemah cukup membayar Rp. 10.000 per harinya.  

Pukul 15.00 kami melakukan perjalanan pulang menuju stasiun prujakan dan kami masi menggunakan angkot yang sama saat kami pertama tiba. Pada pukul 19.45 kami kembali ke semarang menggunakan kereta dan perjalanan ditempuh sekitar 3 jam 30 menit. Dan pada pukul 01.00 kami pun menginjakkan kaki di Tembalang.


Kontributor: Turdus Poliocephalus. 
Simak pula video perjalanan Ekspedisi Ciremai Anggota Muda Matrapala di tautan berikut 

Comments