Gunung Ciremai atau Ceremai adalah salah satu gunung yang
memiliki ketinggian di atas 3000 mdpl (meter di atas permukaan laut) yang
terletak di 3 kabupaten yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten
Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Gunung api ini memiliki
ketinggian 3.078 mdpl. (Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di
Jawa Barat.)
Ekspedisi ke
Gunung Ciremai ini merupakan tahapan akhir kami sebagai Anggota Muda Matrapala sebelum dilantik menjadi Anggota Penuh Matrapala. Pemilihan lokasi ke Gunung Ciremai ini didasarkan
penugasan yang diberikan yaitu lintas jalur via Apuy dan turun via Palutungan.
Kami selaku mahasiswa memiliki keinginan untuk mengeksplorasi jalur tersebut
serta mengetahui kondisi gunung Ciremai. Kami pun memiliki keingintahuan untuk
melakukan sesuatu yang bisa berguna untuk kelestarian Gunung Ciremai.
Perjalanan kami
mulai dengan upacara pelepasan di Fakultas Ilmu Budaya. Setelah itu kami
menaiki angkot ke stasiun tawang, diiringi dengan hujan deras di perjalanan
kami. Pukul 01.45 kami menaiki kereta menuju stasiun prujakan dan sampai di
stasiun pada pukul 05.10. Sesampainya di Cirebon kami yang sebelumnya sudah
menghubungi pihak basecamp palutungan, meminta bantuan alat transportasi
menuju basecamp apuy. Sebelumnya memang pihak basecamp sudah menyediakan angkot
yang biasanya digunakan para pendaki yang ingin menuju basecamp dari stasiun.
Sekitar 4 jam lebih 30 menit kami menempuh perjalanan menuju basecamp apuy.
|
Sebelum perjalanan ke stasiun Cirebon Prujakan |
|
Sampai di stasiun Cirebon Prujakan |
Jum’at, 16
September 2016 sampai di Desa Argamukti, Majalengka tepatnya di rumah Kepala
Dusun, kami beristirahat dan berbaur dengan warga sekitar. Kami mengunjungi
rumah Mbok Iroh yang berada tepat didepan rumah Kepala Dusun, membeli
jajanannya dan mengobrol dengan beliau. Kebetulan saat itu beliau sedang
membungkus makanan untuk dijual keliling, beliau terlihat senang ketika kami
mau membantu ikut berjualan keliling, dengan membawa barang yang bisa dibilang
banyak, ada lauk paku, sayuran, buah-buahan, jajanan kecil, krupuk, dll,
diusianya yang sudah tak muda lagi tiap harinya beliau berjualan keliling
sendiri karena memang Mbok Iroh ini tinggal sendirian, suaminya baru saja
meninggal tiga bulan yang lalu. Kami senang berada di desa ini, berkeliling
Desa Argamukti membantu Mbok Iroh dan bertemu dengan warga-warganya yang begitu
ramah. Ketika pulang dan sampai dirumah Mbok Iroh kami disuguhkan teh hangat
dan jajanan sebagai ucapan terimakasih katanya. Sembari mencicipi suguhan,
beliau bercerita tentang keluarganya dan kami bisa merasakan bagaimana
kesepiannya Mbok Iroh tinggal sendiri di rumah.
Selain
melakukan kegiatan dengan warga, beberapa dari kami melakukan wawancara
kebudayaan. Desa Apuy yang terletak di Kabupaten Majalengka ini mempunyai
kebudayaan yang sering diadakan setiap setahun sekali yang lebih tepatnya
diadakan pada bulan September. Acara ini diadakan sebagai ucapan rasa syukur
kepada Tuhan Penguasa Alam. Disamping itu, acara ini juga bertujuan untuk
memeriahkan rakyat dan melestarikan budaya setempat. Acara Bulan Raya Agung ini
mempunyai serangkaian acara selama 4 hari berturut-turut yaitu pada hari Rabu,
Kamis, Jumat dan Sabtu. Pada hari Jumat diadakan pengajian yang
pembicaranya diundang dari Bandung. Selain itu juga diadakan lomba bola volly yang
pemainnya mewakili setiap blok yang ada di desa itu, biasanya mengundang satu
tim. Pada hari Sabtu juga terdapat penampilan Tari Jaipong yang para pemainnya
juga diundang dari Bandung dan juga menampilkan organ. Dalam biaya untuk
menampilkan Tari Jaipong diambil dari iuran masyarakat desa itu sendiri. Pada
Malam Minggu inilah puncak acara yaitu pementasan wayang. Nah, selain acara
hiburan tersebut atau yang lebih tepatnya pada Hari Kamis diadakan pemotongan
kambing hitam yang jenisnya kambing Austria yang dilakukan di makam. Mengapa di
makam? Karena merupakan sudah menjadi syarat.
|
Saat melakukan wawancara dengan salah satu warga Desa Apuy, Majalengka
|
Selain
kebudayaan tersebut, asal-usul nama desa Apuy juga tidak kalah menarik. Nama
Apuy itu sendiri diambil dari nama anak Mbah Buyut Isyah yang merupakan salah
satu tetua. Di desa Apuy ini terdapat lima blok yang semuanya bersatu tidak ada
perpecahan. Di Desa Apuy ini mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian
sebagai petani sayur karena padi tidak dapat tumbuh di Desa Apuy. Masyarakat di
Desa Apuy ini mayoritas warganya beragama Islam.
Kemudian
terdapat mitos-mitos yang menyangkut dengan Gunung Ciremai
, misalnya tidak boleh
mengatakan kata gelas dan harus menggantinya dengan kata wewadahan, tidak boleh
mengatakan kata asin karena dapat menimbulkan turunnya hujan dan membuat orang
linglung tidak menemukan jalan. Ketika kita mendaki Gunung Ciremai tidak boleh
sombong dan harus menjaga sikap.
|
SD Negeri Argamukti
|
Pada sabtu, 19 September 2016 kami melakukan sosialisasi ke SDN
Argamukti. Pukul 05.00 kami bangun lalu mempersiapkan diri masing-masing selagi
konsumsi mempersiapkan sarapan pagi untuk kami semua, Jam 06.15 makanan telah
siap lalu kami makan bersama, setelah makan kita merapikan tempat tidur dan beberapa mempersiapkan bahan-bahan untuk sosialisasi. Sekitar pukul 07.00
Puti, Ida, Eka pergi ke SD lebih awal untuk mengurus perizinan. Dari hasil
meminta izin, kita diberi kesempatan masuk pukul 09.00 di kelas 5. Puti, Ida,
Eka kembali ke rumah pak Kadus untuk memberitahu yang lainnya. Kami langsung
mempersiapkan barang bawaan untuk sosialisasi. Pukul 09.00 kita mulai masuk
kelas, kami memperkenalkan diri masing-masing lalu mulai masuk ke materi.
Materi yang kami sampaikan adalah tentang “Pemanfaatan Sampah ” dan “Manfaat
Pohon Bagi Kehidupan” .
|
Sarapan bersama sebelum memulai aktivitas |
|
|
Suasana kelas saat akan memulai sosialisasi |
Anak-anak kelas
5 itu cukup tertarik dengan materi yang kita sampaikan, ditambah lagi setelah
materi mereka juga langsung praktek untuk membuat tempat pensil dari botol
bekas yang sudah kita persiapkan lalu mereka menghiasnya supaya terlihat
cantik. Setelah praktek tentang pemanfaatan sampah kita juga praktek menanam
pohon, meskipun media yang digunakan hanyalah pohon toge yang hanya menggunakan
media air dan kapas saja.
|
Saat praktek membuat tempat pensil dari botol bekas |
Setelah
penyampaian materi dan praktek kita menutupnya dengan tebak-tebakan kuis,
pertanyaannya seputar materi yang kita sampaikan. Kebanyakan dari mereka
berebutan untuk menjawab, yang berarti mereka menangkap materi yang kita
sampaikan. Meskipun begitu, semua anak pada akhirnya mendapat jajanan satu-satu
sebagai ucapan terimakasih dari kami. Sebelum meninggalkan SD itu tidak lupa
kami berfoto dengan murid-murid dan juga guru-guru SDN Argamukti.
|
Keceriaan murid SD Negeri Argamukti
|
|
Berfoto bersama murid-murid SD Negeri Argamukti
|
Siang harinya
kami melakukan persiapan untuk menuju pos berod. Sebelum kami melakukan perjalanan ke pos berod, kami memberi kenang-kenangan kepada Pak Kadus sebagai ucapan terimakasih karena sudah banyak membantu kami dalam kegiatan ekspedisi ini. Kami pun menuju pos berod dengan
menggunakan pick up yang biasa disewakan untuk para pendaki yang ingin melalui
jalur apuy. Biasanya pick up ini harga sewanya mencapai Rp.150.000 namun
dikarnakan pick up yang kami gunakan masih punya Pak Kadus maka kami dikenakan biaya per kepala Rp.
10.000. Perjalanan menuju pos berod ditempuh dengan jalan setapak yang mendaki dan
terjal. Perjalanan kami tempuh sekitar 30 menit dengan disuguhi pemandangan
yang sangat indah. Sesampainya di pos berod kami pun berpamitan dengan Pak Kadus,
lalu beristirahat shalat sebentar.
|
Pemberian kenang-kenangan untuk Pak Kadus
|
|
Ketika sampai di Pos Berod dan berpamitan dengan Pak Kadus
|
Setelah itu kami pun membagi tugas, pekik
membuat sarana vandalisme sedangkan Eka, Ida, Roro dan Nafis memasang himbauan
tentang penjagaan lingkungan gunung sedangkan Puti dan Ikas melakukan
pendaftaran di bagian registrasi. Awalnya kami terkendala di bagian registrasi
ini, dikarnakan abah yang merupakan penjaga basecamp ini tidak mengizinkan kami
untuk lintas jalur dikarnakan kondisi cuaca dan hal lainnya. Namun setelah
melalu proses lobi yang panjang akhirnya kami diperbolehkan untuk lintas jalur.
Setelah selesai melakukan registrasi kamipun kembali ke tempat istirahat, berbincang sejenak dengan salah satu ranger Gunung Ciremai yang menceritakan sedikit tentang Gunung Ciremai dan
mulai memasak untuk makan malam. Saat makan malam pun tiba, kami makan bersama
namun salah seorang dari teman kami tidak enak badan, suhu tubuhnya tiba-tiba
naik dan semakin malam semakin tinggi. Akhirnya pada saat evaluasi dan briefing, Ikas sebagai ketua mengambil keputusan bahwa Puti tidak ikut naik dan Eka
menemani Puti selama dibawah. Keputusan ini kami ambil setelah melalui banyak
pertimbangan bersama.
|
Saat registrasi untuk pendakian Gunung Ciremai
|
|
Berbincang sejenak dengan salah satu ranger Gunung Ciremai
|
Minggu 18
September tim puncak memulai perjalanan pendakian dimulai dari basecamp Apuy
dengan ketinggian 1.400 mdpl, disini basecamp terpisah dengan pemukiman warga,
perjalanan pendakian dimulai pukul 07.15 WIB sudah keluar dari Pos Pemeriksaan
Barang Bawaan. Pertama kita melakukan doa supaya perjalanan kita diberi
kelancaran. Perjalanan kira kira ditempuh selama 1 jam sampai di pos 2 “Arban”.
Sampai disini kita melakukan Jobdesk yaitu pemataan jalur secara manual dan
digita lserta pendataan flora. Di ketinggian 1600 mdpl dengan kondisi alam
berupa tumbuhan paku serta ilalang-ilalalang. Kita istirahat kurang lebih
selama 25 menit. Setelah jobdesk terlaksanakan kita langsung melanjutkan
perjalanan kembali menuju Pos 2 “Tegal Pasang” dengan ketinggian 1924 mdpl,
dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam, sampai disana pukul 08.47 WIB, medan yang
dilalui mulai menanjak dengan kontur tanah yang bertangga-tangga, terbentuk
dari akar-akar pohon. Disini kita mengalami kesulitan untuk melakukan
penentuan titik kordinat karena kondisi hutan yang lebat. Kemudian kita
menentukan titik kordinat dengan mengacu pada melihat kondisi kontur tanah
sekitar Pos 2 dan membandingkan dengan Aplikasi ViewRanger dan Peta kontur yang
kita bawa.
|
Saat melakukan penentuan titik kordinat pada peta |
Jam 10.00 WIB
kita sampai di Pos 3 “Tegal Masawa” dengan ketinggian 2083 mdpl. Kondisi
geografis didominasi dengan hutan hujan tropis, dengan skala pohon yang
besar-besar dan berlumut. Di pos 3 ini tidak disarankan untuk mendirikan Camp.
Karena disini kondisi tanah yang tidak rata, serta banyak akar dari pohon besar
yang berlalu lalang. Sepanjang jalur pendakian di dominasi dengan kondisi jalur
yang menanjak terus, dan tangga-tangga hutan secara almi. Disini kita
mengerjakan jobdesk lagi, yaitu menentukan titik kordinat tiap pos, pemetaan
jalur serta pendataan flora sepanjang jalur pendakian.
|
Salah satu flora yang ada di jalur Gunung Ciremai via Apuy |
Perjalan dari
Pos 3 menuju ke Pos 4 “Tegal Jamuju” kita diiringi hujan rintik-rintik serta
kabut yang mulai turun sampai di pos 4 kira-kira pukul 11.25 WIB Dengan
ketinggian 2294 mdpl kondisi udara mulai berbeda, kita mulai menyesuaikan
dengan suhu sekitar. Kadang-kadang kabut, tidak selang lama kadang-kadang
cerah. Sampai di pos 4 ini kondisi kita mulai terkuras, kita memutuskan untuk
mengisi tenaga kembali dengan memakan roti tawar dan susu coklat. Sembari mengisi
tenaga kita bergantian untuk menyelesaikan jobdesk masing-masing.
|
Pos IV - Tegal Jamuju |
Setelah selesai
packing, kita melanjutkan pendakian kembali menuju Pos 5 “Samyang Rangkah” di
ketinggian 2549 mdpl. Kita sampai disini pukul 13.28 WIB. Disini merupakan
batas terakhir untuk mendirikan camp,tetapi kita tidak ngecamp disini,disini
merupakan tempat yang ideal untuk mendirikan camp karena tempatnya yang luas
serta datar. Serta disini jika beruntung ada mata air yang mengalir dari
celah-celah tanah disamping camp tersebut kira-kira berjarak 100 m. Sesampainya
disini kita istirahat dan makan. Karena kondisi tubuh yang mulai kelelahan.
Karena jalur sebelum sampai ke pos 5 ini bisa dikatakan sangat menanjak.
|
Sampai di Pos V Samyang Rangkah |
Setelah mengisi
tenaga berupa nasi, telur yang di campur sosis dan mie sudah cukup untuk
mengembalikan tenaga kembali menuju Pos 6 “Goa Walet”. Medan yang dilewati
berbeda dengan medan sebelumnya, karena medan yang sekarang sudah mulai
bercampur antara tanah dan batu-batu. Vegetasi nya didominasi oleh
ilalang, hutan heterogen, dan bunga edelweis. Bisa dikatakan antara pos 5
sampai pos 6 tidak ada bonus atau menanjak terus. Jam 16.49 WIB kita istirahat
sebentar di persimpangan Jalur Apuy dan Palutungan. Kemudian kita melanjutkan
pendakian kembali menuju Pos 6. Kondisi medan dari persimpangan sampai Pos 6
didominasi oleh batu-batu besar. Dengan vegetasi ilalang dan Edelweis.
|
Istirahat di persimpangan Apuy dan Palutungan |
|
Edelweiss di sekitar Goa Walet |
Jam 17.44 WIB
kita baru sampai di Pos 6 “Goa Walet” dengan ketinggian 2948 mdpl. Sebenarnya
pendaki tidak dibolehkan mendirikan Camp di Goa Walet ini, karena kita akan
melakukan lintas, jadi kita mendapat izin dari Ranger yang ada di Basecamp
Apuy. Setelah sampai kita langsung mendirikan camp dan masak untuk makan malam.
Setelah selesai semua kita brefing dan evaluasi kegiatan kita sehari dan besok. Pukul 22.00 WIB kita
istirahat.
Pukul 04.30 WIB
Kita sudah mulai aktifitas kembali, kita membagi tugas ada yang packing untuk
peralatan yang di bawa muncak dan ada yang membuat sarapan. Setelah selesai
sarapan, kita langsung melakukan pemanasan dulu sebelum melakukan pendakian
menuju puncak. Jarak tempuh Pos 6 sampai puncak kira-kira hanya membutuhkan 20
menitan.
Pukul 05.15 WIB
kita mulai
pendakian menuju
puncak, vegetasi nya tidak jauh berbeda masih didominasi Edelweis dan tumbuhan
Puspa. Namun medannya semakin curam dan berbatu dan menanjak hingga 90 derajat,
dan dikiri kanan jalur sudah mulai jurang yang dalam. Pukul 05.50 WIB kita
sudah sampai di Puncak Ciremai dengan ketinggian 3078 mdpl. Selanjutnya kita
mengibarkan bendera Matrapala dan Indonesia di Puncak gunung Ciremai dan
dokumentasi serta pemetaan jalur secara digital.
Beberapa dokumentasi selama di puncak Gunung Ciremai 3078mdpl;
Pukul 08.15 WIB
kita turun dari Puncak Ciremai. Saat turun dari puncak di butuhkan konsentrasi
yang cukup tinggi kerena turunan yang sangat curam dan medan batu yang
licin. Kira-kira sekitar 30 menit kita sudah sampai di camp kembali. Kemudian
kita bagi tugas ada yang packing ada yang masak untuk makan siang di jalan.
Setelah selesai semuanya kemudian kita berdoa supaya di beri kelancaran saat
perjalanan turun.
Pukul 10.10
WIB kita mulai perjalanan turun dari Pos 6 menuju persimapangan Jalur
Apuy dan Palutungan. Pukul 10.34 WIB kita sudah
sampai di persimpangan tersebut kemudian melanjutkan perjalanan
menuju Pos Sanghiyang Ropoh di jalur Palutungan dengan ketinggian 2589 mdpl.
Sampai di Pos Sanghiyang Ropoh kira-kira pukul 11.15 WIB, lalu kita melakukan
jobdesk kita masing-masing. Vegetasinya masih didomonasi dengan pohon puspa dan
pohon yang berbatang besar.
|
Istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan |
Pukul 11.43 WIB
kita sudah sampai di Pos Pasanggrahan 1, dengan vegetasi yang masih rapat.
Pukul 15.19 kita sudah sampai di Pos Cigowong, Sebelum sampai di pos cigowong
kita melewati pos pasanggarahan 1 dengan ketinggian 2442 mdpl, Kemudian
kita melewati pos pasanggarahan dengan ketinggian 2342 mdpl. Selama jalur pendakian
itu vegetasinya masi didominasi pohon pinus dan pohon-pohon berbatang besar.
Selanjutnya kita melewati pos ke tanjakan asoy dinamakan tanjakan asoy
dikarenakan ada tanjakan yang kemiringannya mencapai 80 derajat dan tidak ada
bonusnya. Tanjakan asoy memiliki ketinggian mencapai 2169 mdpl. Kemudian kita
melewati pos arban dengan ketinggian 2055 mdpl. Di pos arban vegetasinya masih
didominasi pohon paku-pakuan dan pinus. Kemudian kita melewati pos
Pangguyangan Badak dengan ketinggian 1858 mdpl. Setelah melewati pos
pangguyangan badak kita melewati pos Kuta dengan ketinggian 1693 mdpl. Barulah
kita sampai di pos Cigowong dan di pos ini kita menemukan mata air berupa
sungai. Pukul 17.46 kita sudah sampai Resort Cigugur. Sepanjang jalur dari
Cigowong sampai resort terdapat 10 zona rehat.
|
Sampai di pos Arban |
|
Sampai di pos Cigowong |
17.30 tim puncak sampai di basecamp Palutungan, kemudian melakukan bersih diri dan kami semua (termasuk Puti dan Eka yang tidak ikut ke puncak)
berkumpul pukul 20.00 untuk makan, evaluasi, dan briefing. Lalu sekitar pukul
21.00 kita akhirnya istirahat panjang.
|
Sampai di Basecamp Palutungan |
Palutungan merupakan salah satu desa yang berada di kaki Gunung Ceremai,
tepatnya berada pada ketinggian 1.100 mdpl, Kecamatan Cigugur, Kabupaten
Kuningan, Jawa Barat. Di kawasan ini selain mempunyai banyak tempat wisata,
juga menjadi titik awal para pendaki yang ingin melakukan pendakian menuju
puncak Ciremai.
Di Palutungan
sendiri terdapat beberapa mitos serta kebudayaan setempat, meskipun dari hasil
wawancara yang dilakukan para narasumber kami tidak bisa menjelaskan terlalu
banyak karena dari penjelasannya bahwa di desa Palutungan memang hanya
mempunyai sedikit budaya yang masih berjalan, serta masyarakat Palutungan
sendiri hanya sedikit yang masih percaya dengan mitos.Namun, ada beberapa
kebudayaan dan mitos yang masih beredar, untuk kebudayaan contohnya “Seren
Taun”.
|
Ketika melakukan wawancara dengan salah satu warga Palutungan |
Seren Taun
merupakan acara yang diadakan sekitar bulan Januari atau Februari pada tanggal
1 Sura. Dalam acara Seren Taun ini terdapat acara “Ngutu Gede” (menumbuk).
Acara ini bertujuan untuk menyatukan masyarakat karena di Desa Palutungan
terdapat beberapa agama yaitu Islam, kepercayaan, katolik, dan protestan. Dalam
acara ini terdapat berbagai macam tradisi-tradisi. Acara ini juga menggunakan
nasi tumpeng yang diperebutkan oleh masyarakat itu sendiri. Dalam hal biaya
untuk mengadakan acara ini diambil dari iuran tiap organisasi dan biasanya
berupa makanan. Ada pula kesenian Tari Buyung yang juga diadakan di Desa
Cigugur. Tari Buyung ini dimainkan oleh penari asli dari kecamatan Cigugur
dengan semua kalangan usia berjumlah 12 orang.
Di sisi lain,
desa Palutungan juga mempunyai beberapa mitos yang masih berkembang, misalnya
ada cerita mengenai sebuah kolam yang terdapat di tiga tempat, yaitu Cibulan di
Manis, Balong Dalam di Jalaksana, Cigugur dan Bakom Darma. Kolam tersebut jika
dilihat tidak tampak berbeda dengan kolam yang lainnya, namun kolam tersebut
mempunyai cerita tersendiri, dimana kolam tersebut dikuras secara berkala dan
yang anehnya, ketika kolam tersebut dikuras ikan yang biasanya ada disitu di
luar logika menghilang. Dari cerita yang beredar, ketika kolam tersebut dikuras
mereka berpindah tempat ke kolam lainnya yang berada di tiga tempat yang
disebutkan tadi. Konon katanya itu merupakan punggawa yang dikutuk oleh
Kanjeng Prabu Siliwangi.
Di desa ini
kami juga berbaur dengan masyarakat dan membantu mereka diladang. Sekitar jam 7
pagi kami pergi keladang yang rata-rata ditumbuhi sayuran daun bawang. Sudah
banyak petani yang berada disana. Kebetulan sayur-sayuran masih belum siap
panen. Jadi kami membantu mereka membersihkan rumput-rumput yang memperhambat
tumbuhnya sayuran. Rumput-rumput ini dibersihkan tiap seminggu sekali karna
memang pertumbuhannya sangat cepat. Sembari membersihkan rumput kami mengobrol
santai dan bersenda gurau dengan mereka. Ternyata banyak petani disini adalah
petani buruh yang artinya tidak memiliki lahan sendiri.
|
Membantu ibu-ibu berladang |
Sekitar daerah basecamp palutungan memiliki banyak
potensi wisata yang dapat digali, dan yang telah berkembang dan resmi menjadi
tempat wisata adalah curug putri, curug landing, dan bumi perkemahan . Potensi
wisata yang umumnya dikelola oleh masyarakat sekitar palutungan ini menjadi
salah satu sumber pendapatan masyarakat sekitar selain berkebun.
Curug
Putri
Nama Curug Putri sendiri berasal dari legenda tempat
tersebut sebagai tempat pemandian para putri dari Kahyangan, tempat para
bidadari turun ke Bumi. Apabila ada hujan gerimis dan matahari bersinar maka
dari Curug Putri ini dapat melihat Pelangi/ Katumbiri dan masyarakat meyakini
bahwa ketika pelangi muncul artinya para dewi yang cantik jelita dari kahyangan
sedang turun ke bumi. Curug ini sering dikunjungi oleh para pengunjung yang
menganggap tempat itu perlu didatangi, khususnya bagi mereka yang ingin meminta
berkah.
Selain area camping ground dan outbond di
bumi perkemahan, fasilitas lain yang tersedia adalah tempat parkir, toilet
umum, sarana ibadah, warung jajanan, pusat informasi, dan sarana
olahraga. Tiket masuk adalah Rp 12500. Biaya parkir adalah Rp
5000 untuk kendaraan roda empat dan Rp 3000 untuk kendaraan roda dua.
Curug
Landung
Curug Landung merupakan salah satun objek wisata di desa Cisanta, Kecamtan
Cigugur. Curug ini terbentuk dari aliran sungai curug putrid yang berada
dikawasan objek wisata palutungan. Keberadaan curug ini pun persis bersebelahan
dengan pintu gerbang objek wisata Palutungan sebelah kiri.
Untuk masuk objek wisata ini dikenakan biaya tiket Rp. 5000 per orang. Dari
pintu loket menuju titik air terjun, kita harus menuruni jalan setapak dan anak
tangga. Sesuai dengan namanya “Landung” yang berarti panjang. Curug landung
memiliki ketinggian 30 meter. Objek wisata ini baru dibuka untuk umum pada awal
tahun 2016. Curug ini sebelumnya dibuka dan dikelola oleh masyarakat setempat,
karna kemampuan masyarakat setempat yang terbatas dalam pengelolaan potensi
wisata maka masi banyak diperlukan pembaruan.
Bumi Perkemahan Ipukan
Merupakan salah satu bumi perkemahan dikawasan Taman
Nasional Gunung Ciremai dengan luas sekitar 2 Ha. Buper ipukan merupakan tempat
wisata sekaligus beraktivitas alam seperti berkemah atau hanya sekedar untuk
menghirup udara segar. Sama halnya dengan curug landing, buper ipukan ini
juga merupakan salah satu potensi wisata yang dikelola oleh masyarakat sekitar.
Awalnya kawasan ini merupakan kawasan hutan biasa di daerah kaki gunung
ciremai, lalu warga sekitar bergotong-royong membuka jalur dan sama-sama
mengelola menjadi bume perkemahan dan tempat wisata. Biaya masuk kawasan ini
adalah Rp. 3500 dan jika ingin berkemah cukup membayar Rp. 10.000 per harinya.
Pukul 15.00 kami melakukan perjalanan pulang menuju stasiun prujakan dan kami
masi menggunakan angkot yang sama saat kami pertama tiba. Pada pukul 19.45 kami
kembali ke semarang menggunakan kereta dan perjalanan ditempuh sekitar 3 jam 30
menit. Dan pada pukul 01.00 kami pun menginjakkan kaki di Tembalang.
Kontributor: Turdus Poliocephalus.
Simak pula video perjalanan Ekspedisi Ciremai Anggota Muda Matrapala di tautan berikut
Comments